Itatamba Banua adalah sebuah tradisi atau ritual adat yang telah diwariskan turun-temurun dalam masyarakat desa Kapul. Istilah Itatamba Banua sendiri memiliki makna sebagai upaya untuk menolak bala (bencana, malapetaka, atau nasib buruk) demi keselamatan dan kesejahteraan seluruh masyarakat dalam wilayah. Ritual ini tidak hanya menjadi sarana spiritual, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong yang kuat di antara warga.
Tradisi ini biasanya dilaksanakan oleh seorang penyelenggara (bisa seorang tokoh adat, keluarga, atau kelompok masyarakat) yang bertujuan untuk memohon perlindungan kepada leluhur atau kekuatan spiritual agar terhindar dari marabahaya. Namun, yang menarik adalah bahwa seluruh masyarakat sekitar turut serta dalam persiapan dan pelaksanaannya, hal tersebut menunjukkan betapa eratnya ikatan sosial dalam budaya ini.
Inti atau makna spiritual dari Itatamba Banua adalah merupakan upaya untuk mengusir atau mencegah bala yang mungkin mengancam kehidupan masyarakat. Seperti halnya ritual pada umumnya, dalam ritual Itatamba Banua melibatkan sesajen atau persembahan sebagai simbol permohonan kepada leluhur atau kekuatan alam, doa-doa dan mantra yang dipimpin oleh tetua adat atau pemimpin spiritual, serta prosesi adat seperti mengelilingi kampung dan menanam benda keramat, atau mengadakan pertunjukan kesenian tradisional. Kepercayaan akan kekuatan ritual ini masih dipegang teguh oleh masyarakat, karena dianggap sebagai warisan leluhur yang telah terbukti menjaga ketenteraman hidup.
Selain dari aspek spiritual, Itatamba Banua juga menjadi wujud nyata dari semangat gotong royong yang telah menjadi keseharian dalam kehidupan masyarakat desa Kapul. Sebelum ritual dimulai, masyarakat berkumpul untuk mempersiapkan segala kebutuhan seperti menyiapkan makanan dan minuman yang akan dinikmati Bersama, membuat dekorasi atau sarana ritual seperti anyaman, alat-alat upacara, serta membersihkan lingkungan sebagai bentuk persiapan tempat suci atau lokasi upacara. Kegiatan ini dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan, karena masyarakat memahami bahwa ritual ini adalah untuk kepentingan bersama.
Di tengah arus modernisasi, tradisi seperti Itatamba Banua menghadapi tantangan untuk tetap lestari. Namun, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya seperti kebersamaan, penghormatan terhadap alam, dan solidaritas sosial sangat relevan dengan kehidupan masa kini. Itatamba Banua bukan sekadar ritual adat, tetapi juga simbol persatuan dan kearifan lokal yang mengajarkan pentingnya kebersamaan dalam menghadapi tantangan hidup. Dengan menjaga tradisi ini, masyarakat tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga memperkuat identitas dan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh nenek moyang dengan harapan dapat menjadi inspirasi untuk terus menjunjung tinggi gotong royong dan warisan kearifan lokal.