You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Latar Desa Kapul
Logo Desa Kapul

Kapul

Website resmi Desa Kapul

Kec. Halong, Kab. Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan

mari dukung pemerintah desa untuk membangun dan meningkatkan kualitas desa mandiri..! Lebih lanjut..

Sanggar Seni Budaya Wadian Tambai (SSBWT) Balangan, Dua Dekade Menjaga Warisan Budaya Dayak Halong

Robert Rully Pernando Kamis, 11 Desember 2025 12:37 WITA Dibaca 50 Kali
Sanggar Seni Budaya Wadian Tambai (SSBWT) Balangan, Dua Dekade Menjaga Warisan Budaya Dayak Halong

KAPUL – Setelah dua dekade berdiri, Sanggar Seni Budaya Wadian Tambai (SSBWT) di Desa Kapul, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, kian menunjukkan eksistensinya dalam melestarikan budaya Dayak Halong. Sanggar yang sudah 20 tahun berkiprah ini baru-baru ini meraih prestasi gemilang di tingkat provinsi dengan menjuarai Festival Karya Tari Daerah (FKTD) Kalimantan Selatan 2025. Berkat kemenangan tersebut, kelompok seni ini dipercaya mewakili Kalimantan Selatan pada ajang Parade Tari Nusantara 2025 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.

Sanggar Wadian Tambai merupakan komunitas seni dan budaya Dayak Halong yang didirikan pada awal tahun 2000-an. Berbasis di Desa Kapul – sebuah desa pegunungan Meratus, sanggar ini menjadi pusat kegiatan seni tradisional di Balangan. Setiap sore, para pemuda Dayak Halong rutin berlatih menari dan menyanyi di balai sanggar sebagai upaya mewariskan tradisi secara turun-temurun. Bahkan, pemerintah daerah telah menetapkan Desa Kapul sebagai Desa Wisata Budaya Wadian Tambai mengingat potensi dan kekayaan budaya yang dijaga komunitas ini.

Tujuan utama berdirinya SSBWT adalah melestarikan seni tari dan ritual tradisional Dayak Halong agar tidak punah ditelan zaman. Selama 20 tahun, sanggar ini konsisten menampilkan tarian-tarian khas Dayak Halong dalam berbagai acara, baik di tingkat lokal maupun di luar daerah. Di ranah lokal, SSBWT aktif meramaikan beragam agenda kebudayaan – mulai dari pameran budaya hingga Festival Budaya Meratus – berkat jejaring kreatif dan kedekatan mereka dengan sumber-sumber tradisi Dayak Halong. Kelompok seni ini juga kerap dipercaya mewakili Kabupaten Balangan dalam event budaya antar daerah. Salah satu contohnya, SSBWT tampil memukau mewakili Balangan pada Festival Budaya Saijaan 2021 di Kotabaru, Kalimantan Selatan.

SSBWT dihuni oleh para seniman dan pemuda Dayak Halong yang berdedikasi. Ketua Sanggar Wadian Tambai saat ini, Pajal, bersama Pembina Yansyah, merupakan sosok kunci yang memimpin latihan dan penggarapan karya. Menurut Plt. Kadis Pendidikan Balangan, H. Rahmi, Wadian Tambai adalah sanggar tari yang paling berkembang di Balangan, dengan jam terbang tinggi dan sederet prestasi yang telah mengharumkan nama daerah. (kalsel.antaranews.com) Dukungan pemerintah juga turut hadir; Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Balangan memberi pendampingan dan fasilitas agar sanggar ini terus maju. “Alhamdulillah, Balangan kembali menunjukkan kelasnya. Untuk persiapan ke Jakarta, sudah kami siapkan sejak jauh hari, baik dari sisi teknis maupun anggaran,” ujar Hasan, Kabid Kebudayaan Disdikbud Balangan, mengenai keberangkatan SSBWT ke ajang nasional. (radarbanjarmasin.jawapos.com)

Sanggar Wadian Tambai sudah berdiri sejak sekitar 20 tahun silam. Sejak dua dekade lalu, tepatnya awal tahun 2000-an, sanggar ini mulai berproses di tengah komunitas Dayak Halong. Kiprahnya semakin terlihat seiring waktu; dalam 10 tahun terakhir, SSBWT aktif mengikuti festival-festival budaya tingkat provinsi hingga nasional. Setiap tahun, sanggar ini tak pernah absen mengisi perayaan kebudayaan daerah, termasuk agenda tahunan Festival Budaya Meratus di Balangan yang juga menjadi ajang belajar bagi generasi muda. Konsistensi selama kurun waktu tersebut berbuah manis dengan berbagai prestasi yang diraih secara periodik, seperti juara lomba tari daerah dan penampilan di event nasional.

Seluruh kegiatan SSBWT terpusat di Desa Kapul, Kecamatan Halong, Balangan, yang dikenal sebagai salah satu kantong budaya Dayak di Kalimantan Selatan. Desa Kapul berada di wilayah Pegunungan Meratus dan telah diresmikan sebagai desa wisata budaya bernama “Wadian Tambai”. Di desa inilah terdapat balai kesenian dan lamin (rumah adat panjang) Dayak yang menjadi salah satu tempat latihan rutin serta pementasan seni. Lingkungan desa yang kaya nilai tradisi mendukung tumbuhnya sanggar ini; alat musik tradisional hingga kostum tari khas Dayak tersedia dan terpelihara dengan baik di sanggar. Selain di desa sendiri, SSBWT sering tampil di berbagai lokasi lain, mulai dari panggung festival di ibukota provinsi Banjarmasin hingga acara kebudayaan di luar daerah, memperkenalkan budaya Dayak Halong ke audiens yang lebih luas.

Latar belakang didirikannya Sanggar Wadian Tambai tidak lepas dari keprihatinan dan tekad tokoh-tokoh adat Dayak Halong untuk menjaga warisan leluhur. Seni tari dan ritual Dayak Halong sarat makna spiritual dan filosofi lokal yang unik. Namun, modernisasi dan arus budaya luar dikhawatirkan dapat menggerus praktik-praktik tradisional ini. Oleh karena itu, sekitar dua dekade silam, para pegiat seni di Desa Kapul berinisiatif mendirikan sanggar sebagai wadah regenerasi. “Kami ingin agar generasi muda di sini tidak melupakan akar budayanya,” ujar Yansyah, Pembina SSBWT. Melalui sanggar, pengetahuan tentang tarian ritual, musik tradisional, hingga pembuatan kostum warisan nenek moyang terus diturunkan kepada anak-anak dan remaja setempat. Pemerintah daerah mendukung tujuan ini sebagai bagian dari pelestarian budaya Banua khususnya daerah Kalsel, bahkan menjadikan upaya SSBWT sebagai salah satu ikon budaya Balangan.

Sanggar Wadian Tambai melestarikan budaya dengan cara aktif berlatih, berkreasi, dan tampil. Setiap pekan, jadwal latihan diatur teratur, mencakup pelatihan tari, musik tradisional (seperti gandrang atau gendang Dayak), serta pendalaman makna ritual. “Ini bukan kerja sehari dua hari. Kami mulai dari olah tubuh, riset budaya, hingga penyusunan komposisi gerak dan musik,” ungkap Yansyah mengenai proses kreatif intensif yang dijalani anggota sanggar. Dalam mencipta tarian, kelompok ini kerap menggali ritual adat sebagai inspirasi. Tari “Surung Lalan” misalnya, diciptakan dengan menafsirkan ritual Balian (upacara penyembuhan) suku Dayak Halong, menonjolkan sosok Patati sebagai pendamping Balian dalam prosesi penyembuhan. Gerak yang energik berpadu irama tabuhan gandrang menciptakan suasana magis yang merepresentasikan kekuatan spiritual membuka jalan kesembuhan. Karya lain, Tari “Ipalas”, juga lahir dari tradisi pengobatan Dayak Halong, nama Ipalas sendiri berarti tari pengobatan dan tarian ini asli berasal dari Kecamatan Halong, menekankan bahwa setiap gerak dalam tarian mereka punya filosofi mendalam.

Selain berinovasi dengan tarian bermakna ritual, SSBWT juga memperhatikan aspek pendukung seni tradisi. Mereka membuat dan merawat sendiri busana tari khas Dayak, lengkap dengan tatah (motif) etnik dan aksesoris tradisional. Bahkan, menurut akun Instagram resmi sanggar, kelompok ini menyediakan layanan penyewaan kostum Dayak dan pertunjukan tari untuk berbagai acara masyarakat. Langkah ini bukan hanya upaya pelestarian, tetapi juga strategi pemberdayaan ekonomi kreatif lokal, di mana hasil penyewaan dan pentas turut menunjang operasional sanggar.

Dengan rekam jejak dua dekade, prestasi yang diraih SSBWT pun tak sedikit. Pada tahun 2020, misalnya, sanggar ini berhasil menjuarai lomba tari tradisional Kalimantan dengan membawakan Tari Ipalas, mengungguli peserta dari daerah lain. Puncaknya, pada FKTD 2025 di Banjarmasin, tim SSBWT tampil gemilang melalui tari “Surung Lalan” hingga menyabet tiga penghargaan sekaligus: Penyaji Tari Terbaik, Penata Busana Terbaik, dan Penata Tari Terbaik. Capaian tersebut mengantarkan mereka menjadi duta Kalimantan Selatan untuk berlaga di tingkat nasional pada Parade Tari Nusantara 2025.

Keberhasilan Sanggar Wadian Tambai menembus level nasional mendapat apresiasi luas. Pemerintah Kabupaten Balangan memastikan dukungan penuh, mulai dari pembinaan hingga pendanaan, demi kesuksesan penampilan mereka di kancah Nusantara. Masyarakat pun bangga melihat upaya kolektif menjaga warisan budaya akhirnya berbuah pengakuan. “Dengan tampil di TMII, kami berharap budaya Dayak Halong kian dikenal dan dicintai,” ujar Yansyah optimistis. Hal senada diungkapkan Linda Wati, Ketua DPRD Balangan, yang menyebut SSBWT telah mengharumkan nama daerah dan memperkenalkan kekayaan seni suku Dayak ke pentas nasional.

Memasuki usia 20 tahun, Sanggar Seni Budaya Wadian Tambai terus konsisten menjadi garda terdepan pelestarian budaya di Bumi Sanggam (julukan Balangan). Semangat gotong royong komunitas Dayak Halong, dukungan pemerintah, dan antusiasme generasi muda menjadi kunci keberlangsungan sanggar ini. Dua dekade berlalu, SSBWT telah membuktikan bahwa warisan leluhur bisa tetap hidup berdampingan dengan kemajuan zaman. Dengan langkah mantap, mereka tak hanya menjaga api tradisi agar tak padam, tetapi juga membawa sinarnya menerangi panggung budaya Indonesia. Balangan pun kian teguh menegaskan posisinya sebagai daerah yang konsisten mempromosikan kekayaan seni budaya Banua di kancah nasional.

Bagikan Artikel Ini
Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image

APBDes 2025 Pelaksanaan

APBDes 2025 Pendapatan

APBDes 2025 Pembelanjaan